Kampung Sendiri
Maya,
Kampung sepi
itu
Sejauh ini ia
berterus terang:
Merindumu
Itu kampung
Kampung rindu
Menarikmu merindu
ladang
Melumat bukit
lalu gunung-gemunung
Kampung itu
rindu
Membilang kita
mesti kembali
Merumput
manisnya burung-burung berlagu
Menghayat kicau suara para kekasih
Menghayat kicau suara para kekasih
Kampung itu
kekasih penuh kasih
Mencintaimu indah
Seindah kita
terus berladang pada tanah
Tertumpah
darah bukan berarti kalah
Kampung
adalah keindahan
Semakin jauh
engkau memburu mimpi
Rindu selalu
abadi di hati
Memanggilmu
kembali koyakan tanah bermandi darah
Maya,
Kampung kita
sendiri
Kembalilah menanam
sendiri kakimu tiada berlari.
Untukmu yang mengajarkan bahwa kampung sendiri itu
penuh susu dan madu.
Nita Pleat, 22 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar