Rabu, 19 November 2014

“Teologi Dosa” dalam Sepenggal Sajak Eto Kwuta


Oleh: Willy Gaut*

      Pujangga Sandal Jepit edisi 19/thn. IV/20 Sept-20 Okt. “12 pada halaman 2 memuat 3 judul sajak racikan seorang rekan dan saudara serumah saya, Eto Kwuta. Walaupun ketiga-tiganya menarik, rasanya saya lebih tergerak untuk mengomentari secara singkat sajak kedua dengan judul “Sajak Orang Berdosa”.

 Aku debu pada kaca
Hanya setitik nila pada susu sebelanga
Seperti kayu pada perapian
Sekali berarti setelah itu abu
Apakah tak ada jalan kembali untuk yang salah?
Aku debu pada kaca
Kau yang kusapa tak bicara
Inikah yang disebut cinta?

St. Mikael-Ledalero, 2012.

      Saya tidak berpretensi memasukkan Eto Kwuta dalam deretan para teolog yang membuat refleksi sistematis atas dimensi hidup tertentu, entah melalui traktat teologis yang sistematis, lukisan, novel, atau juga praksis kemanusiaan tertentu. Tapi harus saya akui bahwa sajaknya berjudul “Sajak Orang Berdosa” sarat dengan muatan teologis. Dua larik awal sajak ini mengungkapkan salah satu aspek ajaran tentang dosa dalam teologi kristen.
“Aku debu pada kaca/
hanya setitik nila pada susu sebelanga”.
      Teologi Kristen mengajarkan bahwa selain berdimensi individual, dosa juga berdimensi sosial. Berdimensi individual karena dosa adalah tindakan bebas dari seorang pribadi/individu. “Pada dasar situasi dosa selalu ada seseorang yang berdosa.” Namun, dosa sebagai tindakan pribadi memiliki efek sosial, yakni merusak tatanan sosial kemasyarakatan. Apa pasal? Dosa individual dalam cara tertentu mempengaruhi sesama atau orang lain.
      Pengertian dasariah tentang dosa sosial ini lalu diperluas dalam pengertian sebagai dosa melawan keadilan dan melanggar HAM dalam relasi antarpribadi dalam masyarakat. Dosa sosial ini dapat terlanggengkan dalam stuktur-struktur sosial yang menindas.
      Dalam “Sajak orang berdosa”, muatan teologis itu digambarkan secara gamblang dalam penggalan “hanya setitik nila pada susu sebelanga”. Setitik nila pada akhirnya merusak susu sebelanga, layaknya dosa seorang individu dapat merusak tatanan sosial secara keseluruhan. Meskipun tidak seluruhnya identik, efek nila terhadap susu dapat menjadi analogi untuk menjelaskan efek sosial dosa individual.@ 

*Biarawan Misionaris SVD. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

September dan Kitab Suci

Agustus sudah pergi. September datang seperti sedang berlari. Angin kencang tak digubrisnya. Dingin kota Ende tak berarti di dalam tubuhnya....