Oleh: Willy Gaut*
Pujangga Sandal Jepit
edisi 19/thn. IV/20 Sept-20 Okt. “12 pada halaman 2 memuat 3 judul sajak
racikan seorang rekan dan saudara serumah saya, Eto Kwuta. Walaupun
ketiga-tiganya menarik, rasanya saya lebih tergerak untuk mengomentari secara
singkat sajak kedua dengan judul “Sajak Orang Berdosa”.
Hanya setitik nila pada susu sebelanga
Seperti kayu pada perapian
Sekali
berarti setelah itu abu
Apakah tak
ada jalan kembali untuk yang salah?
Aku debu
pada kaca
Kau yang
kusapa tak bicara
Inikah yang
disebut cinta?
St. Mikael-Ledalero, 2012.
Saya tidak berpretensi
memasukkan Eto Kwuta dalam deretan para teolog yang membuat refleksi sistematis
atas dimensi hidup tertentu, entah melalui traktat teologis yang sistematis,
lukisan, novel, atau juga praksis kemanusiaan tertentu. Tapi harus saya akui
bahwa sajaknya berjudul “Sajak Orang Berdosa” sarat dengan muatan teologis. Dua
larik awal sajak ini mengungkapkan salah satu aspek ajaran tentang dosa dalam
teologi kristen.
“Aku debu pada kaca/
hanya setitik nila pada susu sebelanga”.
Teologi Kristen mengajarkan
bahwa selain berdimensi individual, dosa juga berdimensi sosial. Berdimensi
individual karena dosa adalah tindakan bebas dari seorang pribadi/individu. “Pada
dasar situasi dosa selalu ada seseorang yang berdosa.” Namun, dosa sebagai
tindakan pribadi memiliki efek sosial, yakni merusak tatanan sosial
kemasyarakatan. Apa pasal? Dosa individual dalam cara tertentu mempengaruhi sesama
atau orang lain.
Pengertian dasariah
tentang dosa sosial ini lalu diperluas dalam pengertian sebagai dosa melawan
keadilan dan melanggar HAM dalam relasi antarpribadi dalam masyarakat. Dosa sosial
ini dapat terlanggengkan dalam stuktur-struktur sosial yang menindas.
Dalam “Sajak orang berdosa”, muatan teologis
itu digambarkan secara gamblang dalam penggalan “hanya setitik nila pada susu
sebelanga”. Setitik nila pada akhirnya merusak susu sebelanga, layaknya dosa seorang individu
dapat merusak tatanan sosial secara keseluruhan. Meskipun tidak seluruhnya
identik, efek nila terhadap susu dapat menjadi analogi untuk menjelaskan efek sosial
dosa individual.@
*Biarawan Misionaris SVD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar