Rabu, 24 Agustus 2022

Kota dan Tata Kota

Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka. Kota yang manis, bila kita mendengar lagunya. Kala kita jauh di mana saja, jika lagu Maumere Manis didengar, maka kita dihantam rindu untuk pulang ke pangkuan mama.

Pagi ini saya putar-putar di kota. Ada banyak yang berubah. Tata kota yang mulai menghiasi mata-mata yang memandang, pandangan yang lain, dan semua ini menarik kita untuk melihat siapa dan apa yang ada di balik keindahan itu.

Kamu pasti ingat kota Maumere. Kota yang sedang disulap menjadi metro dan polis. Plato akan bangga jika ia melihat dan mengalami Maumere. Kalau dahulu Yunani itu kuno, maka sekarang Maumere itu modern. Kita bakal memetik ide-ide filsafat kontemporer dan belajar mengubah yang lama jadi baru. 

Yang lama perlu diubah biar yang baru dicerna secara positif. Maka, Maumere dan tata kotanya adalah sebuah 'revolusi' yang positif-agresif. Tingkatan agresivitasnya mengacu pada kata 'tata', karena penataannya akan memberi kesan tunggal, yakni 'keindahan'.

Kalau yang indah itu selalu memberi, maka Maumere itu lupa menerima. Nanti, jika kota dan tata kotanya menjadi terpusat. Ada sentralisasi yang tidak boleh mengikuti Jakarta yang 'mengkotak-kotak-kan'. Paling kurang, Maumere perlu melihat dan memberi lebih banyak, supaya orang-orangnya bisa melihat ada "kualitas yang menjadi". Misalnya, keadilan menjadikan kota milik kita.

Tentu saja, saya yakin dan percaya bahwa keindahan itu tampak satu; mengikat yang banyak dalam satu. Satu untuk membangun Maumere jadi lebih potensial. 

Oleh karena itu, kota dan tata kotanya harus memproyeksikan sedikit nuansa " Bajawa". Biar dinginnya terasa dan sejuk menjadi milik bersama. Jadi, kita perlu belajar banyak dari 'yang lain".

#remah-rumah kata-kata. Ada dalam kata.

24 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

September dan Kitab Suci

Agustus sudah pergi. September datang seperti sedang berlari. Angin kencang tak digubrisnya. Dingin kota Ende tak berarti di dalam tubuhnya....